"Saya sangat senang dan gemar merenung. Mengingat-ingat masa lalu, masa kecil, kebersamaan dengan ibubapa, sahabat bahkan dengan siapapun untuk mengambil hikmah dari apa yang dialami mereka. Hasil dari perenungan itu biasanya saya tuangkan dalam bentuk tulisan. Yang sering saya tuliskan adalah kenangan masa kecil bersama ibu. Ibu mempunyai suatu kebiasaan iaitu menjadikan pengemis 'raja' di rumah saya. Ibu bukan sahaja memberikan duit kepada pengemis yang datang malah pengemis itu diberi makan dan minum. Bagi ibu, terhadap para pengemis ini, jangan sampai mereka itu menandakan rumah kami sebagai rumah yang tertutup bagi orang-orang seperti mereka.
Kenangan saya dengan ayah yang tidak terlupakan. Ketika usia saya sekitar 6-7 tahun. Saya selalu ingin belajar naik motor. Dan jawapan ayah terhadap permintaan saya adalah, "Suatu saat kamu akan berjalan sendiri, tugas ayah sekarang ini adalah menuntun kamu. Kerana kamu laki-laki, suatu saat kamu akan jalan sendiri." kata -kata itu saya ingat sampai sekarang. Ternyata betul, saya sebagai manusia dewasa harus berjalan sendiri. Itulah nikmatnya mengingat masa-masa lalu. Otak kita ini sebenarnya merakam setiap kejadian, kita hanya perlu menggalinya kembali ke permukaan dan ternyata kenangan masa lalu itu sangat jelas di kepala kita.
Kenangan saya dengan ayah yang tidak terlupakan. Ketika usia saya sekitar 6-7 tahun. Saya selalu ingin belajar naik motor. Dan jawapan ayah terhadap permintaan saya adalah, "Suatu saat kamu akan berjalan sendiri, tugas ayah sekarang ini adalah menuntun kamu. Kerana kamu laki-laki, suatu saat kamu akan jalan sendiri." kata -kata itu saya ingat sampai sekarang. Ternyata betul, saya sebagai manusia dewasa harus berjalan sendiri. Itulah nikmatnya mengingat masa-masa lalu. Otak kita ini sebenarnya merakam setiap kejadian, kita hanya perlu menggalinya kembali ke permukaan dan ternyata kenangan masa lalu itu sangat jelas di kepala kita.
Hari ini kenangan yang dibangun untuk anak-anak dan keluarga saya, jelas memberikan hasil dari kenangan saya dulu. Bahkan itu yang saya terapkan kepada anak-anak saya. Seperti datuk saya yang suka memberi kepada orang susah, InsyaAllah itu menjadi kebiasaan bagi saya dan di turunkan kepada anak-anak. Saya sendiri punya prinsip yang saya ajarkan kepada anak-anak bahawa setiap tempat itu adalah sekolah, maka setiap orang adalah guru.
Semasa kecil saya masih ingat ibubapa saya suka bercerita. Sekarang seboleh mungkin saya bercerita kepada anak-anak sebelum tidur, agar mereka juga dapat belajar dengan mendengar. Kita banyak mendengar dari orang tua kita yang baik-baik dan kemudian kita ingin memberikan kata-kata yang baik. Intinya kita harus belajar kepada setiap orang kerena di mana pun kita berada kita juga sebenarnya belajar.
Pada suatu ketika perjalanan pulang ke kampung, sepanjang perjalanan kelihatan beberapa orang pengemis. Setiap kali melalui pengemis itu beberapa kali langkah kaki saya di hentikan oleh anak saya. "Ayah, lihat orang itu. Satu kakinya tidak ada, kasihan ya." Saya tahu maksudnya, iaitu dia harus memberi sesuatu pada orang itu. Kemudian pada masa yang sama ada seorang nenek tua yang meminta-minta. Saat itu juga anak saya menghentikan langkah saya (bila di hitung-hitung pada waktu itu ada empat kali dia menghentikan langkah saya). Saya bersyukur kepada Allah, ternyata kebiasaan ini sudah 'berjangkit' kepada mereka dan ini reflek tanpa saya harus mengarahkan kepada mereka.
Motivasi lain untuk membangun kenangan ini, saya berusaha belajar dari masa lalu untuk kualiti hidup masa depan. Apapun kelebihan dan kekurangan masa lalu, apakah yang di alami ibubapa kita sendiri mahupun orang lain. Yang kita lihat atau kita sendiri ikut terlibat dengannya bahkan yang kita mendengar kisahnya. Kita ambil hikmahnya jadi bekal kehidupuan kita masa datang.
Beberapa waktu lalu, saya naik beca. Tukang beca bertanya kepada saya, "Anak encik dua orang?" Saya jawab, "Iya, baru dua, ini pun saya sudah 'pening'." Dengan selambanya tukang beca itu menjawab, " Wah, baru dua, saya sepuluh." Secara pribadi, jawapannya bagaikan pukulan bagi saya. Kemudian saya tuliskan ianya dalam tulisan saya. Menurutnya anak itu adalah amanah dan amanah itu ada imbalannya. Tukang beca itu menjelaskan penumpang adalah amanah untuk di hantarkan ke tempat tujuan yang diinginkan penumpang. Setelah penumpang sampai di rumah dan memberi wang, itu adalah imbalan. Kata dia lagi, begitu juga anak, kalau dididik dengan baik dan benar yang merupakan titipan dari Allah. Maka Allah senang dan Allah tidak akan bertangguh-tangguh dalam memberikan rezeki kepada kita. Ini ucapan dari seorang tukang beca dan bagi saya ini adalah guru saya.
Bagi saya kepentingan kenangan itu adalah, setiap kita harus memiliki kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Dengan kenangan-kenangan dan mencatatnya, maka hikmah dari setiap kenangan dapat memperbaiki kualiti hidup kita yang akan datang."Seperti yang di tuturkan Ahmad Bayu kpd Tarbawi Di olah oleh AteNoMoto: "Kenangan bisa meningkatkan kualitas hidup saya."
*********
Ramai blogger telah mendokumentasikan 'Station Kenangan' mereka di blog masing-masing. Mungkin setelah kita di panggil pulang menemui Illahi, anak cucu dan sahabat handai akan singgah sebentar di 'Station Kenangan' kita. Mengenang kembali segala suka duka, luahan kasih dan pembelajaran yang kita tinggalkan. Setiap kita sebenarnya mempunyai tanggungjawab merancang station kenangan untuk memacu, setidak-tidaknya terhadap orang-orang terdekat kita. Merancang station kenangan tidak lah susah. Tidak perlu modal material yang memberatkan. Hanya perlu kesedaran dan keyakinan bahawa hidup ini hanya sekali, tidak akan pernah terulang. Kerana itu tidak boleh di sia-siakan. Jika kita ingin kenangan manis di usia tua, kita tidak boleh lupa merancangnya dari sekarang. Station kenangan tidak sekadar untuk dikenang anak cucu, tapi juga tonggak-tonggak bagi kesinambungan kita nanti, bila ada umur yang masih tersisa.
Dan dizaman teknologi canggih ini, station kenangan itu boleh dirakam sebahagiannya dalam bentuk gambar dan video..
ReplyDeletemcm yg daddy ziyyad cakap, kenangan skrg boleh dirakam dalam bentuk gambar dan video. tapi saya personally suka tulis dan suka amik gambo. kire boleh jadi kenangan jugak kan? :D
ReplyDeletetringat pula kngn lampau....arwah ayah dulu pnah mmbw pulang s org anak sbaya saya, bpakaian baju sek lusuh n koyak. ank yatim rupanya.kami jamu dgn mkn tghari, ibu jahitkn baju sek yg baru. stiap hari ayah mnyuruhnya singgah rmh kami dhulu sbelum mneruskn pjln pulang k rmhnya yg agak jauh dr sek.
ReplyDeletekenangan yg lampau sgt berharga..kenangan dan pengalaman xbleh dijual beli..:)
ReplyDelete@DZ: Zaman teknologi tinggi mmg berbagai cara boleh di 'bangunkan station kenangan'.
ReplyDelete@GB: Menulis atau zaman sekarang kita cakap menaip (mengetik) kat komputer salah satu cara mendokumentasikan kenangan. Ianya lebih 'berperasaan' dan itu yang di ajar kepada anak-anak di Jepun sejak kecil sehingga terlahirnya Jibunshi yang menyentuh hati dan tidak lapuk di telan zaman seperti Oshin dan Totto Chan.
ReplyDelete@So Shy: Terharunya. Moga kebaikan arwah abah dan keikhlasan ibu itu akan menjadi bekal buat mereka di akhirat nanti. Mg anak cucu mereka juga mencontohi kenangan yang terkesan indah ini generasi demi generasi.
ReplyDelete@Cikceria: Kenangan dan pengalaman di simpan di sanubari ;)
ReplyDelete